Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, memutuskan mengoreksi Kurikulum 2013 untuk disederhanakan dalam penerapan karena beban penilaiannya dinilai terlalu besar. Untuk itu, perlu disederhanakan supaya guru bisa menilai dengan mudah.
"Sistem penilaian pada Kurikulum 2013 dengan penilaian autentik memberatkan guru karena waktunya habis hanya untuk melakukan penilaian," ujarnya, ketika menginspeksi pelaksanaan pencetakan Kartu Indonesia Pintar, di PT Pura Grup Kudus, Sabtu malam (16/4). Sekolah yang sebelumnya menerapkan Kurikulum 2013, sekarang gurunya diikutkan dalam pelatihan.
Jumlah guru yang diikutkan dalam pelatihan, sebanyak 254.000 guru untuk dilatih melaksanakan kurikulum itu dengan cara yang baru. Sebetulnya, Kurikulum 2013 cukup baik, hanya saja ketika dilaksanakan serempak tanpa persiapan matang, menimbulkan masalah.
Untuk itu, guna melaksanakan kurikulum dengan cara yang baru nantinya tentu harus ada pelatihan hingga semuanya benar-benar siap. Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, Agus Nuratman, mengungkapkan, guru tingkat SMA/SMK di Kudus juga mulai mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 itu. "Guru yang mengikuti pelatihan secara bergiliran," ujarnya.
Untuk sekolah tingkat SMA/SMK, terdapat lima sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 dari 43 SMA/SMK baik swasta maupun negeri. Bagi guru yang belum terbiasa dengan model baru, memang terkesan memberatkan, terlebih sistem penilaiannya menggunakan penilaian autentik yang ada instrumennya serta dibuktikan dengan data terukur.
Sebetulnya, semua guru bisa menilai masing-masing siswanya sehingga ketika sudah menguasai sistem penilaiannya tentunya tidak akan kerepotan.
0 comments:
Post a Comment